Minggu, 07 Oktober 2018

Fly Over

FLY OVER PALUR : Mengejar "Metropolitan" Mini di Fly Over Palur



Fly over Palur telah selesai dibangun. Belum cukup, proyek masih berlanjut untuk memberi make up "metropolitan" pada satu-satunya fly over di Soloraya itu.
Solopos.com, KARANGANYAR -- Mega proyek fly over Palur yang menelan anggaran hingga Rp107 miliar memang telah selesai pembangunannya akhir November 2015. Namun, aktivitas fisik di lokasi proyek satu-satunya fly over di kawasan Soloraya tersebut belum usai.
Salah satunya, pekerja membuat taman mini di persimpangan antara jalur dari Solo, Sragen, dan Karanganyar. Tanaman hijau berhiaskan bunga menjadi pesona tersendiri fly over Palur. Nuansa alam juga tersirat dari susunan batu andesit di dinding fly over.
Tak hanya itu, sebagian trotoar juga menggunakan komponen batu andesit hijau. Penggunaan batu andesit memberi kesan alami, sekaligus wah kepada fly over. Yang terbaru kontraktor memasang penerangan jalan umum (PJU) di kanan-kiri fly over.
Tiang-tiang PJU yang tinggi menjulang dengan lengkungan di bagian atas memberi kesan metropolis. Tak semua orang tahu lokasi tersebut ada di Soloraya. Saat deretan lampu itu dinyalakan pada malam hari, deretan lampu itu akan menjadi pesona tersendiri.
Pengawas proyek Fly Over Palur, Satijo, mengatakan dibandingkan fly over lain, fly over Palur punya nilai lebih. Selain konstruksinya yang kuat dan modern, desain fly over Palur mengakomodasi nilai-nilai estetika, dengan memasukkan unsur alami. "Sebenarnya tergantung desain awal dan kekuatan anggarannya. Tapi pengalaman saya, fly over Palur ini bisa dibilang punya nilai lebih di aspek estetika. Bandingkan saja dengan fly over Jombor atau fly over Janti, Jogja," tutur Satijo, Jumat (11/12/2015).
Dia menjelaskan pekerjaan pokok fly over Palur sudah rampung akhir November 2015. Tapi setelah itu pihaknya masih mengerjaan beberapa item pendukung, seperti pemasangan PJU, pembuatan taman, marka jalan, jaringan listrik dan air, serta fasilitas lain.
Satijo menerangkan pemasangan PJU baik di fly over maupun di jalan bawah, sudah rampung. Sebanyak 106 PJU desain asli Ditjen Bina Marga telah berdiri menjulang. "Pemasangan PJU cukup rapat. Kalau malam fly over bakal terang sekali," imbuh dia.
Satijo memastikan dalam waktu dekat pembuatan fasilitas pendukung fly over Palur, rampung. Tapi dia mengaku belum mendapat informasi terkait rencana peresmian maupun teknis pengoperasian fly over. "Belum, belum ada informasi peresmian," kata dia.
Terpisah, Wakil Bupati Karanganyar, Rohadi Widodo, mengatakan Pemkab telah mengusulkan peresmian fly over Palur dilakukan 23 Desember 2015. Pemkab juga mengusulkan peresmian fly over dilakukan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Usulan tersebut disampaikan kepada Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat beberapa waktu lalu. "Belum tahu kepastiannya seperti apa. Yang jelas kami sudah usulkan seperti itu. Tahun ini fly over Palur mesti diresmikan dan dioperasikan," ujar dia.
Lebih jauh Rohadi berharap keberadaan fly over Palur menjadi solusi kemacetan di perlintasan kereta api Palur. Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tersebut juga meminta instansi terkait segera berkoordinasi ihwal peresmian dan pengoperasian fly over.

Senin, 23 Juli 2018

Asal - Usul Makam Pangeran Benowo Ngringo Karanganyar

Solopos.com, KARANGANYAR–Desa Ngringo adalah salah satu desa di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Kawasan ini berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kota Solo. Desa Ngringo sendiri dikenal sebagai desa terpadat penduduknya di Bumi Intanpari. Masyarakat mengenal Desa Ngringo dengan sebutan Palur.

Padahal Palur merupakan dusun di Desa Ngringo. Sementara Palur di Kabupaten Sukoharjo merupakan sebuah desa. Menurut sesepuh desa setempat, Subagyo kepada Solopos.com, Sabtu (3/5/2014), awal terbentuk Desa Ngringo dari sebuah kampung. Seiring perjalanan waktu, kampung Ngringo semakin berkembang hingga terbentuk menjadi sebuah desa.

Sejak tahun 1927, Desa Ngringo sudah dipimpin oleh seorang kepala desa. Yang menjadi pemimpin desa setempat adalah sesepuh atau orang yang dituakan di desa tersebut. “Pada masa lalu yang menjadi pemimpin desa adalah orang yang dituakan pada saat itu,” ujar Subagyo.

Bercerita tentang Desa Ngringo tentu tidak lepas dari Benowo, salah satu daerah di desa ini. Wilayah Benowo menjadi terkenal karena di daerah tersebut terdapat makam Pangeran Benowo atau Mbah Minggir. Menurut kisah, dahulunya di daerah tersebut ditemukan sesosok mayat terapung di sekitar Dukuh Tempuran tersebut.

Oleh masyarakat sekitar mayat tersebut dikenal dengan sebutan Mbah Minggir. Mayat tersebut terus kembali kendati oleh warga berusaha dialirkan ke Sungai Bengawan Solo. Kemudian mayat tersebut terus berada dipinggiran sungai. Karena itu oleh masyarakat disebut Mbah Minggir.

Mayat Pangeran Benowo
Namun ada warga yang menyebut mayat tersebut merupakan Pangeran Benowo. “Dulu pernah akan dibuang dengan kayu yang ada di sekitar ditemukannya mayat itu. Namun gagal. Dan ternyata diketahui itu mayat Pangeran Benowo,” tuturnya.

Dikatakan Subagyo, mayat tersebut terus kembali hingga akhirnya oleh warga setempat memakamkannya di dekat kawasan Tempuran. Daerah yang kini dinamakan Benowo sering menjadi topik perbincangan masyarakat karena kayu yang ditemukan di sekitar mayat Mbah Minggir dijadikan sebagai jembatan Benowo.

Boleh percaya atau tidak, jembatan kayu tersebut hingga kini masih bertahan, kendati jalan di sampingnya telah diaspal. “Dulu sudah pernah mau di aspal. Tapi gagal. Kejadian tersebut bukannya sekali, namun berkali-kali. Jembatan kayu tersebut tetap dipertahankan apa adanya,” terangnya.

Sebagaimana diketahui, Pemerinrah Kabupaten (Pemkab) Karanganyar berencana memecah daerah tersebut. Hal ini dilakukan karena pertumbuhan penduduk sangat pesat dan wilayah desa yang memadai untuk dipecah atau dikembangkan lagi.